Jun 29, 2008

Bercengkerama dan Makan Gratis

Ada empat organisasi Indonesia di Melbourne yang kegiatannya paling sering kami ikuti. Semuanya dengan motivasi yang hampir sama: bercengkerama dengan teman-teman Indo plus bonus makan gratis. Anak-anak juga paling seneng kalau ikut acara-acara ini, karena mereka bisa ketemu gerombolan kawan-kawannya.

Yang pertama, PBrunswick alias Pengajian Brunswick. Menurut tetua, ini salah satu organisasi mahasiswa tertua di Melbourne. Konon, salah satu pendiri dan ketua pertamanya adalah Bang Hamid Chalid, mantan direktur PSHK yang pertama. Nama Brunswick dicomot dari nama suburb yang paling padat mahasiswa Indonesianya (terutama yang kuliah di Melb Uni). Brunswick di masa lalu memang dikenal sebagai Kampung Indonesia. Tempat ini jadi incaran mahasiswa Indonesia karena selain jaraknya dekat dengan kampus, daerah ini juga dibanjiri toko-toko makanan halal dan mesjid-mesjid. Sebab, agak ke utara sedikit, Moreland dan Coburg, dihuni oleh imigrant Turki dan Libanon.

Kegiatan PBrunswick, tak berbeda dengan pengajian-pengajian pada umumnya. Setiap akhir bulan, ada ceramah dan diskusi keagamaan yang ditutup dengan makan siang bersama. Ajang ini juga jada ajang silaturahmi dengan permanent residence asal Indonesia yang tinggal di suburb yang sama. Sejak datang, Darlington Gank tidak pernah absen dari pengajian, sampai Rival sempat dicalonkan jadi ketua pengajian karena tingkat kerajinannya. Alhamdulillah wa syukurillah, pengajian tersebut memilih Om Omar, dan luput dari kesalahan fatal.

Selain diskusi, PBrunswick juga jadi penyelenggara rutin Shalat Ied di Melb Uni. Juga mengorganisir Taman Pengajian Anak-anak. Dahulu, yang juga aktif menyambut mahasiswa Indo yang kuliah di Victoria adalah PBrunswick. Kini, tugas itu dilakukan oleh organisasi muda yang lebih luas cakupan kegiatannya, yakni IndoMelb.

IndoMelb, umurnya jauh lebih muda. Kalau gak salah baru terbentuk tahun 05. Awalnya dari mailing list mahasiswa, yang kemudian berkembang jadi terminal kegiatan. Aktivitasnya luar biasa banyak, dari main bola, main catur, main bulutangkis, main gaple, main sepeda, diskusi buku dan film, diskusi agama, club fotografi, club tari, main musik, garage sale, penyambutan an penglepasan mahasiswa, dan lain-lain. Mereka menyebut koordinatornya dengan jabatan Lurah. Yang menarik, anggota yang sudah pulang kembali ke Indonesia, masih tetap tergabung di Milis, sehingga jalinan komunikasi masih terus terjaga dengan baik. Kalau mau tahu lebih banyak, ini situsnya http://www.indomelb.org/.

Organisasi yang ketiga, Melbourne Initiative. Ini kelompok diskusi yang punya cita-cita membangun jaringan kerja dan jalinan pikiran untuk tanah air. Baru berdiri sekitar 2 tahun. Di antara yang ikut membangun adalah Luky Djani dan Windu. Pengikutnya masih terbatas, dengan sistem member get member, kayak amway. Dahulu mereka punya kurikulum diskusi dan rutin bertemu, namun sejak banyak anggota yang pulang atau berpindah lokasi, diskusinya masih belum berjalan sistematis lagi. Diskusi terakhir, bulan april lalu, mendatangkan Mas Hadar Cetro, yang kebetulan lagi mampir di Melbourne. Sebelum itu, sempat juga berdiskusi dengan Ahmad Suaedy, Wahid Institute, tentang kasus Ahmadiyah. Sedikit banyak, ajang ini cukup berguna untuk mengasah kepekaan pikiran dan sosial.

Yang terakhir, UMAC, Uni Melb AusAid Club. Ini, organisasi yang menaungi mahasiswa Asia-Pacific yang dikasih beasiswa oleh AusAid. Kegiatan utamanya adalah membantu mahasiswa berurusan dengan AusAid bila ada kesulitan dengan kuliah dan kehidupan, dan juga kegiatan bersenang-senang. Acara ke Geelong water park lalu, adalah salah satu kegiatan yang digawangi oleh UMAC. President yang sekarang adalah uni Dina, pemilik rumah kos Rival waktu bulan pertama di Melbourne. UMAC juga punya kegiatan nonton film dan lain-lain, tapi kami biasanya dateng ke agenda yang ada makan-makan bersamanya.

(Raushan, Raeka, Salma di acara UMAC)

Empat organisasi ini berisi orang yang itu-itu aja, sebetulnya. Jadi manfaatnya yang utama, tak lain dan tak bukan, adalah untuk melepas lelah, bercengkerama, dan... makan gratis, tentu saja.

Jun 26, 2008

Dua Mata Acara

Dahulu, ada dua acara televisi yang tak pernah kami ikuti dengan sepenuh hati, laporan cuaca dan pidato politik di parlemen. Keduanya punya kesamaan: membosankan dan meragukan. Kini, dua mata acara itu tak jarang kami pelototi, sebab kerap berpengaruh langsung buat kehidupan buruh-buruh di australia dan seluruh penerima santunan negara, termasuk mahasiswa mancanegara.

Informasi tentang cuaca akan membantu para pengantar koran harus pakai kostum apa di pagi buta. Berapa lapis baju yang harus dipakai? Lebih baik berselubung raincoat atau jaket windproof? Perlu bawa sarung tangan atau tidak? Dan yang tak kalah penting, sudah siap mental sebelum berangkat, jadi tak lagi misuh-misuh jika di tengah kenikmatan melempar koran, sekonyong-konyong diguyur hujan dan diterpa angin kutub selatan.

Pengetahuan soal cuaca juga berkait erat dengan rincian jadwal harian dan mingguan. Sejak hujan bisa diperkirakan jamnya, urutan aktivitas juga mesti disesuaikan. Mesti belanja dahulu atau mencuci pakaian. Main di taman usai sekolah atau jalan-jalan ke pertokoan di akhir minggu.

Pengetahuan tentang kebijakan kabinet juga tak kalah penting. Sebab, selain berkait erat dengan hal ikhwal kehidupan material sehari-hari, juga berjalin kuat dengan emosi dan opini yang hembusannya sampai ke pelosok pasar murah dan pojok selasar rumah. Sejak Partai Buruh berkuasa, di bawah komando Kevin Rudd yang simpatik, ada pergeseran bandul kebijakan yang signifikan, dari yang sebelumnya pro pemilik modal besar jadi lebih memihak keluarga-keluarga buruh, imigrant, lingkungan dan penduduk asli.

Gebrakan pertama Kabinet Rudd, tanda-tangan protokol Kyoto. Tindakan itu membuat bangsa Australia boleh mengaku lagi sebagai bangsa yang beradab, karena peduli dengan bumi dan sesama. Meninggalkan dua sobat lamanya, yang masih tambeng, Amerika Serikat dan Botswana. Gebrakan kedua, pada medio Februari, Pemerintah Federal Australia meminta maaf secara resmi pada bangsa aborigin, karena pernah secara sistematis menculik anak-anak mereka guna melucuti sejarah dan kebudayaan asali dari ingatan mereka. Semata-mata agar cara hidupnya "sama" dengan cara hidup bangsa Eropa yang berkuasa. Dalam pidato permintaan maaf di parlemen yang ditonton dengan seksama dari seluruh penjuru negeri, bukan hanya bangsa aborigin yang menitikan air mata, tapi juga semua yang masih percaya bahwa tiap-tiap jiwa-raga yang hidup harus diperjuangkan nasibnya bersama-sama.

Gebrakan ekonomi Kabinet Rudd terjadi bulan April lalu. Anggaran pemerintah yang selama Kabinet Howard dipakai buat insentif kapital dan biaya perang, kini diperuntukkan bagi peningkatan subsidi child care (sehingga perempuan dan keluarga pekerja, tak habis gajinya untuk penitipan anak), baby bonus (insentif untuk keluarga menengah dan bawah bila punya balita), perlindungan buruh dari potensi kesewenang-wenangan perusahaan (jaminan kontrak, upah, dan tunjangan). Tak ayal buruh dan kelas menengah bergembira. Termasuk mahasiswa mancanagera, khususnya yang sembari belajar juga jadi buruh buka-tutup toko di pasar, pengantar koran, tukang cuci piring, pelayan restoran, cleaner kantor-kantor dan pengantar junk mail.

Semua informasi dan kebijakan itu diumumkan dan diperdebatkan di koran-koran dan di televisi. Tak ada beda format dan gaya dengan belahan negeri lain. Yang berbeda hanya respon kami terhadapnya. Meskipun tetap membosankan, informasinya cukup meyakinkan. Dan punya dampak nyata pada kehidupan.

Si Komo Mogok lagi, Mogok lagi

Yah...namanya juga mobil tua...pagi ini mobil kita yang sejak 5 menit yang lalu kita juluki si Komo (thanks Dara for the idea), mogok lagi pas Rival lagi ngoran. Untung ada Erik si baik hati. Akhirnya panggil RACV juga sih, dan akhirnya ketahuan bahwa selang dari radiator ke mesinnya bocor karena sudah sangat uzur. Pak RACV ngga punya selang barunya, jadi mobil di derek pulang. Anak-anak tentunya sangat bergembira ria melihat si Komo di atas truk besar. Fikhar apalagi, seksama banget memperhatikan cara kerja truknya menurunkan si Komo.

Rival dan Erik kemudian nyari selangnya. Muter2 ke sana kemari baru dapet di toko punya orang Cina Malaysia. Pas mau dipasang, baru ketahuan ada bagian penyambung lain yang harus diganti. Jadi baru besok Jumat si Komo kelar. Mudah-mudahan ngga ada yang rusak lagi. Kalau menurut Pak RACV komponen2 lainnya beres2 saja, cuma selang itu yang harus diganti.

Implikasi dari mogoknya si Komo adalah hari ini Fikhar ngga sekolah (padahal besok udah hari terakhir sekolah, liburan akhir semester 1 sudah tiba) karena seperti biasa Ibunya Fikhar yang pemalas baru bangun jam 8 jadi tidak cukup waktunya untuk mempersiapkan dua anak dan jalan ke sekolah...huehehehe....

Yah, Komo, walaupun uzur kami tetap membutuhkanmu...