Sep 16, 2008

5 Keuntungan Tambahan

Ada keuntungan tambahan sebagai pengantar koran:

1. Koran gratis. Kalau mau, tiap hari bisa bawa pulang semua harian yang beredar di Melbourne; The Age, Herald Sun, Australian, Financial Review, Sing Tao (Chinese), Neos Kosmos (Greek), Il Globo (Italian), dan satu koran Arabic. Saya biasanya bawa 2 koran saja The Age dan Herald Sun.

2. Majalah gratis. Setiap minggu, majalah-majalah yang nggak laku di toko-toko dikembalikan ke Agen distribusi untuk di data dan kemudian dibuang. Biasanya, para pengantar koran 'mungut' majalah-majalah ini sebelum diangkut ke pembuangan. Ada banyak jenis dan ragamnya. Dari yang isinya gossip, masakan, mobil, life style, sports, science, current issues, kesehatan, design, home and garden, yang porno sekali dan agak porno, hobbies, sudoku & TTS, majalah anak-anak, sampai majalah-majalah yang tidak reguler, seperti Majalahnya-The Age. Yang dibawa pulang ke Darlington biasanya, The Economist, Majalah Gossip, Time (jarang ada), Discovery, National Geography, Food Magazines, Home and Garden, dan majalah anak-anak (Dora, Strawberry Shortcake, dll).

3. Hapal seluk beluk jalanan. Karena tiap hari kelalang-keliling nganter koran, dan kadang-kadang iseng ngubah jalur antaran biar gak bosen, para tukang koran jadi hapal betul alamat dan jalan-jalan tikus. Terutama di radius 'round' antarannya. Khusus untuk para pengantar missed (rumah yang lolos dari antaran reguler; bisa karena lupa, dicolong orang atau pemilik rumah gak berhasil nemuin karena si koran ngumpet di semak-semak), biasanya hapal jalan-jalan di hampir semua rute koran. Mulai minggu depan, tiap hari minggu, saya akan bertugas sebagai missed deliverer.

4. Olahraga pagi. Ada 5 cabang olahraga utama yang dilakoni tukang koran: (a) Angkat beban, saat loading koran; (b) Ketangkasan menyetir mobil, terutama parkir paralel, mundur di gang sempit, putar U di jalan besar; (c) Lari sprint, ketika koran yang diantar harus masuk ke dalam mailbox atau kolong garasi; (d) Lempar rolled, ada empat sub cabang, Atap Mobil, 45 Derajat, Sisi Kanan, dan Turun-mobil-lantas-lempar; (e) Lempar Wraps, sub cabangnya Lempar ke kolong, Lempar ke Depan Pintu, dan Lempar se-Jauh2nya. Khusus untuk petugas Subbies dan return, yang nganter ke toko-toko dan ngambil sisa koran, ada cabang tambahan, angkat-dorong, yakni mengangkat puluhan bulk koran dan mendorongnya dengan troley.

5. Latihan empati dengan pekerja subuh lainnya; cleaner, barrista cafe, tukang sampah, tukang sapu jalan (pake mobil), Satpam, dan para tukang angkut.

1 comment:

martin goro-goro said...

Dear Rival,

bagus kalau Rival dapat segitu banyak keuntungan tambahan. yang penting sehat jasmani, sosial dan intelektual serta kita tidak lupa pada akar kita, rakyat biasa yang berjuang sedapatnya menggapai 'simple happiness'

kemarin Papa ke Tangerang naik KA ekonomi dengan ongkos hanya Rp.1000,- saja. Berbaur dengan rakyat kecil seperti dulu waktu Ibu masih kerja di Serpong. Sekitar satu jam sampai di Tangerang. Di Pasar Anyer, papa lihat hal yang sangat miris. Pedagang ikan dan buah jualan di atas rel. Dan bila sirene berbunyi, mereka tergopoh-gopoh angkat meja dagangan bersama buat KA lewat. Sesudah lewat, mereka angkat lagi meja2 dagangan itu ke atas rel. Sungguh memilukan hati. Papa sampai menitikkan airmata. Begitu beratnya hidup mereka nyerempet-nyerempet bahaya. Dan betapa berharganya 'space' bagi pedagang kecil di kota yang berdesakan.

Sesudah itu, papa ambil sebuag beca, pak Samsuddin nama penarik beca itu. Kita pergi ke rumah di pemukiman kumuh. Makin hancur hati papa melihat rumah setengah gedek, lantai tanah, dengan hanya satu lampu neon redup 10 watt di ruang 'tama'. Dua kamar gelap gulita tanpa penerangan. Di siang bolong itu papa tidak bisa melihat isi kedua kamar itu. Isterinya yang telah melahirkakan lima anak sedang menggoreng beberapa potong talas untuk buka puasa dengan menggunakan bahan bakar kayu.

Papa apakai pak Syamsuddin bolak-balik stasiun Pasar Anyer Tangerang. Sewaktu pulang ke Jakarta kota, papa gunakan 'Benteng Express' yang tiketnya Rp. 5000,- Di situ papa ketemu dengan para eksekutif Tangerang dan banyak orabg cina kelas menengah. Alangkah kontrasnya hidup ini.

Di Pademangan Jakarta Utara papa sudah kontrak 1 kamar dengan 1 kamar-mandi seharga Rp.600 000 per bulan. Yang punya rumah, keluarga migran dari Solo, sangat baik, ramah dan bersihan. Papa akan mulai tinggal di sana mulai Senen depan.

Papa udah harus pergi ke Tangerang nih. Bye.

Love, Papa