May 17, 2008

Favourite Parks

"Melbourne...Garden City", begitu kata pamflet di airport. Dan, statement itu memang bukan sekadar klaim-omong kosong, kayak motto banyak pemda di belahan dunia lain, yang abstrak, absurd and asbun. Keberadaan parks dan gardens adalah penyumbang utama bagi melbourne untuk menyandang titel sebagai salah satu 'most liveable cities' di muka bumi.

Variasinya juga marak, dari yang klasik warisan abad 19 yang penuh dengan pohon-pohon tua segede bagong bongsor, taman 'bush' Royal Park seluas 170 hektare, Botanic Garden yang fantastis di tengah kota, sampe taman-taman ukuran sedang ber-play ground di seluruh penjuru suburb. Ada juga park yang masuk World Heritage List 2004, Carlton Garden, yang bisa dinikmati dari lantai dua Melbourne Museum. Dalam setahun ada 14 juta orang berkunjung ke parks and gardens ini, mulai nongkrong doang, maen di playground and yang paling rutin, barbeque-an bareng. Pemda kota dapet duit lumayan banyak dari ngutip parkir di seputaran taman-taman tersebut.

Buat para penghuni Jakarta semenjak bayi; jumlah, letak dan variasi parks di Melbourne sungguh mencengangkan. Selain membuat mata jadi sejuk dan udara jadi segar, parks ini adalah ajang hiburan gratis yang luar biasa menyenangkan buat anak-anak. Di Jakarta, selain di sekolah, Fikhar dan Raeka harus bayar paling enggak 25-50 rebu seorang di mall untuk manjat-manjat, maen ayunan, merosot dan bergantung-gantung, karena susah banget cari tempat maen yang layak dan murah.

Nah, deket rumah Darlington ada 5 parks favorit yang paling sering dikunjungi sama Fikhar dan Raeka. Ada yang bisa disambangi dengan jalan kaki dan ada yang perlu mobil untuk mencapainya.

1. Gilmour Park

Letaknya di Campbell st., Moreland. Ini park paling sering dikunjungi sama gemblongs, sebab lokasinya antara rumah dan Moreland Primary School. Jadi, kadang pulang dari sekolah, 15.30, langsung mampir sebentar sampe menjelang gelap. Di park ini ada play ground buat anak-anak dan remaja. Sering juga ada yang maen footy (Australian Football/Rugby) di taman ini. Playground-nya di kelilingi semacam pagar kayu setinggi paha orang dewasa. Fikhar and Raeka paling sering meniti keliling pagar kayu ini, masing-masing dari arah yang berlawanan. Sehingga kalau berpapasan, salah satu (biasanya Fikhar) harus lewat kolong selangkangan yang lain. Kalau terjatuh juga tidak sakit, bahkan empuk, karena ground-nya dipenuhi potongan kayu kecil-kecil yang halus dan empuk ("alas kayu" ini environmental friendly karena di recycle dari olahan sisa kayu untuk furnitur, kertas dll).

2. Warr Park
Ini taman yang belakangan sering dikunjungi (baru dua kali sih...). Letaknya di De Carle St., di antara Moreland Primary School dan ABC Child Care. Fikhar dan Raeka udah sering merengek pengen main di Warr Park, karena mereka selalu liat tiap perjalanan antar-jemput Raeka. Taman ini lebih luas dari Gilmore Park. Permainan di playground-nya juga lebih banyak. Ada banyak pohon-pohon gede dan tua di sekelilingnya, so jadi adem banget (dingin malah kalau autumn and winter) dan juga banyak burung yang mampir dan berseliweran. Pengunjungnya juga lebih rame, terutama orang tua dan bayi-bayi. Mungkin karena banyak unit dan flat di sepanjang jalur De Carle St. Sayangnya, sampe terakhir kita ke sana belum ada orang Indonesia yang lagi maen juga. Padahal, De Carle St. salah satu kampungnya anak-anak Indo. Di Warr Park juga ada community centre yang sering dipake untuk acara Pengajian P-Brunswick. Anak-anak senengnya bukan maen kalo pengajian di sana.

3. Calder Reserve

Nah, ini park terdekat dari Darlington. Jaraknya cuma 5 menit jalan kaki. Letaknya di Patterson St., dekat degan sekolah St. Bernard. Yang lucu, kita baru tau kalau ada taman itu setelah dua bulan tinggal di Darlington. Dito juga kayaknya gak pernah cerita soal keberadaan taman itu. Luasnya sih gak seberapa, tapi cukup rindang dan banyak burung-burung. Playground-nya juga lumayan seru, dan cukup lengkap. Mainan yang paling favorit di sini adalah rope-swing, gelantungan-meluncur.

4. Merry Creek
Kalau yang ini bentuk park-nya lain dari tiga di atas. Dia adalah bantaran sungai sepanjang Merry Creek yang dirawat dengan sangat baik. Panjangnya mulai dari Carlton (selatan) sampe Lake Coburg (utara), sekitar 5 km. Ada jalur sepeda dan jalur jogging sepanjang creek ini. Kalau disusuri dari pangkal sampai ujung, dengan jalan kaki santai butuh waktu sekitar dua jam, dengan sepeda sekitar setengah jam saja. Yang menyenangkan di sini selain pemandangan hijau, dengan rumput-rumput yang pendek dan pohon eucalyptus besar-besar, telinga kita juga dimanja dengan suara gemiricik air sungai. Lebar sungai ada yang lumayan, sekitar 10 meter, dan ada juga yang cuma 2 meter. Nah, lokasi yang terdekat dengan Darlington adalah yang diujung timur Rennie St., sekitar satu km dari rumah. Fikhar dan Raeka baru satu kali ke sana, bareng sama Ayah. Ibu belum pernah mampir. Waktu main di sana, Fikhar dan Raeka menyeberang sungai dengan meniti batu-batu yang terhampar di permukaan mirip jembatan. Di bagian seberang sungai ada tempat duduk-duduk dan hamparan rumput untuk piknik. Sayangnya Raeka mau pup dan lupa pake pampers, jadi kita cuma sempat main sebentar dan harus cepat-cepat pulang.

5. Lake Coburg Reserve
Lake Coburg adalah tempat terfavorit kita untuk piknik sementara ini. Tempatnya luas sekali, penuh pohon-pohon besar yang ditata rapih. Landscape Lake Coburg di tepian sungai yang berundak-undak dan berbatu terbentuk beribu-ribu tahun yang lalu dan sebenarnya merupakan tempat yang cukup sakral buat orang Aborigin. Di danau kecil dan sungai itulah tempat burung, bebek dan angsa berenang-renang. Fikhar dan Raeka senang banget kasih makan bebek di sini. Playground-nya juga besar dan banyak mainan yang seru. Tempat ini kalau weekend selalu penuh dengan berbagai macam rombongan yang barbeque-an. Bangsa yang dateng juga beragam-ragam. Yang paling banyak biasanya bangsa Asia Tengah dan Selatan. Kita sekeluarga udah dua kali berkunjung ke sana, dan yang terakhir bawa alas piknik dan makanan. Asik banget. Sambil maen jumpalitan, makan chips. Kalau menyusuri track-nya ke utara sepanjang sungai, kita bisa lewat jembatan dan menyusur ke atas bukit. Nah, diujungnya ada playground lagi yang format permainannya agak berbeda; ada panjat dinding, ada titian zig-zag dll. Uniknya yang dateng ke sini rata-rata keluarga kulit putih. Mungkin karena lebih dekat dengan permukiman kelas menengah atas melbourne. Sayangnya Lake Coburg agak jauh dari Darlington, jadi untuk ke sana harus pake mobil sekitar 15 menit. Sama sekali gak jauh sih kalau dibandingkan perjalanan di Jakarta.

Itu dulu kisah taman-taman favorit kita...

1 comment:

martin goro-goro said...

Halo....wah senengnya ya hidup di lingkungan perumahan (dan kota) yang banyak tamannya. Itu yang ibu impi2kan di Cimanggis ini tapi impian tetep saja impian. Depan rumah ibu, dan juga rumah Ifa dan rumah tetangga, di balik tembok pepohonan sudah banyak ditebangi. Untung di depan rumah ibu sudah ibu tumbuhi dengan pepohonan. Yang paling menjengkelkan di balik tembok percis di depan kamar samping (dekat dapur ibu) di mana di kamar itu ibu suka tidur sebab tanpa ac sudah adem dan shalat dan ngaji disitu ada pasar malam sudah 3 minggu ini. Disi ada mainan untuk anak2 seperti ratmolen, ada mery go round dsb, lalu ada rumah hantu yang letaknya percis di depan dapur ibu. Mulai habis ashar mulailah bunyi2an dipasang (musik dangdut, pop jawa, melayu dll) lalu mainan anak2 seperti k.a.2an, dan untuk menggerakkan ratmolen (yang kalau berputar penumpangnya keliatan dari jalan depan rumah ibu dan dari kamar samping) dengan generator yang kalo dibunyikan ributnya bukan main. Rumah ibu yang palaing dekat tiap sore sampai malam (21.30) paling kebrisikan. Kalo malam minggu paling malam jam 22. 30 atau 23.00 baru diem. Ibu ngomel tapi sama papa dibilang begini:" Enjoy ajalah, itu rakyat kecil lagi cari nafkah, sekarang jaman susah!" Yah, begitulah...Dan di depan rumah ibu (depan ruang tamu) di balik tembok lagi dibangun ruko...tambah lagilah kepadatannya.... Pohon2 juga sudah banyak ditebangi.

beberapa minggu ini nyanyian burung kepodang yang sangat merdu di pohon mangga di pagi hari sekitar jam 5.30 - 6.00 dan nangka depan kamar samping ibu sudah tak terdengar lagi. Kalau dia bernyanyi suaranya agak jauh di depan rumah bulik Ida. Mereka mungkin takut sebab di balik tembok di belakang pohon nangka dan pohon mangga depan dapur ada rumah hantu yang tiap malam brisik dengan suara2. Bisa jadi burungnya sudah pindahin sarangnya dari situ...Yah, ibu kehilangan suara merdunya dipagi hari seperti membangunkan ibu.

Ibu juga rajin bersihkan selokan (yang kerjain Bang Boin) di seberang jalan depan rumah kita mulai dari depan rumah bulik Ida sampai ujung percis di mulut gorong-gorong agar air selokan mengalir lancar. Rerumputan alang2 di trotoar seberang jalan dan juga di tanah kosong tadinya tinggi gak terurus oleh Ibu sudah potong dan sekarang ibu jaga kerapihannya (terutama yang ditrotoar dan pinggir jalan) mulai dari depan rumah bulik Ida sampai ujung depan rumah Ifa, rumah pak Nuryana sampai mentok.Ibu lakukan ini sukarela aja (gak ada yang nyuruh) meskipun yang kerja Bang Boin. Agar sekitar rumah keluarga ibu tidak kumuh, njembrung. Sebulan sekali (RW punya mesin pemotong rumput) ibu pinjam mesin itu dan boin yang potong rumput di tanah kosong, meskipun tidak semuanya, cukup yang di depan depan saja. Tapi ya kegiatan ibu itu kagak ngaruh juga. Mereka betah tanah2 kosong dan jalanan didepan mereka njembrung, kumuh, jorok, para pembokat dan anak2 buang sampah bungkus permen, es dan sebagainya sembarangan. Mental apa ya itu?

Makanya, saran ibu gak usah pulanglah! Biar jadi betrayers, jadi brain drain...pusing mikirin negeri sudah hancur begini.

Nah, sudah itu uneg2 ibu..jangan bosan dan capek baca ya?

Daaag!