May 21, 2008

Antar Koran Pagi-pagi (1)

Triiirit…tririiit… tririit… waker berbunyi nyaring, berarti sudah pukul 4 pagi. Waktunya bersiap menjalankan kerja rutin. Agak berat rasanya beranjak dari bawah selimut di waktu autumn yang dingin begini. Untungnya ini hari Selasa, yang perlu diantar tidak sebanyak weekend dan senin.[1] Setelah ganti baju yang agak buluk, plus balutan sweater “saver” seharga $7, pakai celana training yang sudah sowek, dan tidak lupa celana longjohn di dalamnya, kini waktunya berangkat. Weit, jangan lupa, bikin teh tarik instant cap maxtea dulu, sebagai penghangat perut sembari memanaskan mesin wagon Camry ‘90, sang tunggangan terpilih.

Sydney Road masih sepi, seperti biasanya. Saingan camry cuma taxi-taxi dan truk-truk pembersih jalan. Sebelum sampai ujung, belok kiri masuk Weston Street. Markas besar letaknya hanya 200 meter dari pengkolan itu. Wah, udah banyak yang duluan dateng rupanya. Mobil Omar bahkan udah di dalam, siap loading. Mobil wagon camry (lebih muda umurnya, lahir 94) punya Zul, si anak Malaysia, juga udah nongkrong di depan. Kayaknya terpaksa parkir di ujung nih.

Masuk ke gudang langsung disambut suara George, “Rivallll…Bezzar”. George, wangsa Greek, aktif sekali belajar bahasa Indonesia, terutama yang jorok-jorok. Kali ini dia sedang berusaha dengan fasih melafalkan kata “besar” dan “hitam”, gak jorok sih, karena pasangan kata yang joroknya udah dia hafal di luar kepala. Dua kata itu dipelajari dalam rangka menggoda Mas Hendro (wangsa Jawa yang memang besar dan lumayan gelap). Sambil melengos, senyum dikit, gua jawab aja, “good George… good”. Tau deh, orang masih ngantuk jadi jawaban gak nyambung juga bisa dipahami. Vidi Arkas, kapten tim sebelah cuma geleng-geleng kepala aja, sambil bilang, “bule gendeng, di kepalanya cuma ada selangkangan doang.”

Tim Lygon Newsagent udah hampir lengkap. Di belahan pojok gudang sudah ada Andrew, kapten tim, yang lagi sibuk bundle Koran and majalah untuk dianter sama Erik ke toko-toko and apartemen. Omar, yang makin rajin dateng pagi-pagi, juga udah menuhin mobil ford putihnya sama gulungan koran (rolled). Renaldi, anak Aceh, juga udah ngitung-ngitung rolled. Ada juga Vince, kakek tua yang masih semangat wrapping dan antar Koran, padahal dua anaknya (yang adalah bosses di Newsagent itu, Nick dan Fabian) sudah melarangnya kerja karena punggung dan bahunya sudah cidera. Tinggal Tante Irine dan anaknya Pete yang belum nyampe. Tiba-tiba ada yang nyolek dari belakang, “pagi amat nih pak cik”. Rupanya si Zul, pengantar setia jalur maut Parkville. Meski melayunya kental, tapi dia faseh dialek Jakarta dengan baik, karena dulu sering bulak-balik KL-Jakarta untuk antar turis malaysia.

Ok, saatnya loading. Ambil list round Leicester. Di daftar tertera total Age (32), Sun (12), Fin (12) dan Aus (6). Age untuk The Age, harian ternama di Victoria. Sun untuk Herald Sun, tabloid nasional garis kuning. Fin untuk Financial Review, harian bisnis. Aus untuk The Australian Review, koran garis kanan. Plus ada satu lembar Sin Tao untuk pelanggan baru. Jumlah yang di rolled sama dengan hari biasa lainnya, 15-5-3-3.

Sambil nunggu Lee, si anak Nepal, mbungkus (wrap) koran-koran langganan tetap untuk jalur Leicester, gua angkutlah yang flat dan rolled masuk camrylebih dulu. [2] Age di kolong dashboard kiri depan, Sun, kolong kursi kiri belakang, Aus masuk kolong kursi belakang kanan, dan Fin di bagian tengah kursi belakang. Sing Tao, karena cuma sebiji, nangkring di atas dashboard atas setir. Hemm...ada rasa nyeri and pegel-pegel di punggung karena nunggang-nungging.

Masuk gudang lagi, terntyata wrap-nya baru setengah yang jadi. Ah, paling nggak ada yang bisa dimuat ke mobil-lah. Tumpukan wrap di kursi kiri belakang bakalan dianter rada belakangan. Wrap untuk 187 Grattan St paling atas, setelah itu wrap untuk Prof. Glyn Davies and Political Science Unimelb. Jangan lupa ambil wrap untuk 206 Queensberry St, Red Cross, yang mesti dianter terpisah sama Red Cross di 155 Pelham St., dan jangan lupa juga pindahin wrap untuk 224 Leicester St and wrap Civil Enviro Unimelb ke atas karena mereka harus dianter duluan.

Nah, abis itu ambil deh rombongan wrap sisanya. Lee cukup cepat kerjanya hari ini, mungkin karena gak ngantuk. Anak Nepal ini selain nge-wrap juga nganter koran 2 round pake motor di daerah moreland. Lumayan juga capenya, apalagi kalau ujan-ujan, brrrrrr….

Tumpukan wrap yang kedua ini ditaruh di kursi kiri depan. Yang paling atas wrap untuk 200
Lygon St dan paling bawah School of Population Unimelb di Barry St. Rombongan wrap kursi depan ini yang bakalan abis duluan nantinya, karena urutan anteran.

Oke siap-siap boarding: pake rompi kuning pekerja, nyalain radio 105.5 MMM, nyalain lampu cabin dan taro list di dashboard depan. Waktu menunjukkan 4.53 am, hmmm cukup early juga berangkatnya. Sambil diiringi lagu rock lawas lantunan KISS berjudul "Rock 'n Roll All Nights", meluncurlah camry menyusuri royal parade yang sunyi dan gelap. Sekitar 2 km belok kiri ke Grattan St. dan 300 m kemudian masuk kanan ke Leicester St, untuk antar ke 224 Graduate House dan Melbourne Business School (MBS). Di MBS, sang Satpam udah majang di depan pintu menanti, sambil nyengir karena antaran dateng pagi-pagi, “Thanks mate, so I can go home early today”, katanya menyapa. Biasanya kalau rada telat (karena korannya dateng telat lho, bukan karena telat bangun), si Satpam ini pasang muka cemberut.

Habis itu giliran wrap Civil Enviro di Grattan St. Parkir di pinggir jalan dan lari-lari kecil masukin wrap ke kotak warna hijau yang nyelip di balik tiang beton. Lanjut ke Lygon st, anter wrap 200 Lygon St. Yang ini mintanya di selipin di sela sebelah kanan pintu kaca automatis. Terus, masuk ke Argyle Place No 17 and 7/21, satu Fin flat, satu Fin rolled di lempar ke terasnya. Lanjut masuk ke Cardigan Pl, untuk anter flat ke 23-25 Argyle Pl, yang diselipin di bawah rolling door garasi, dan ke 9/26 Cardigan Pl, masukin ke mailbox-nya yang kecil jadi mesti dilipet rapih. Habis itu keluar ke Queesnberry st untuk anter Fin ke 1/100, masukin mailbox juga, tapi karena lubangnya lebar and gede jadi gak perlu dilipat.

Lanjut, muter U, untuk ke 146 Queensberry nyelipin Age di bawah pintu, and lempar wrap ke Queens Café. Eh, ada si om di depan 146 yang lagi nunggu jemputan sambil ngerokok, “Morning mate”, nyapa dong gua biar gak dituduh sombong, eh doi acuh jae, sialan. Karena gondok, lemparan wrap ke Queens Café jadi kekencengan deh, gubrakk!! Wadaw, untung gak ada yang pecah, cabuuttt…. Langsung tancap gas muter U lagi ke seberang 146, and 2 plastik wrap buat CEPU Comm tanpa banyak cingcong gua lempar dari dalem mobil, untung jatoh pas di depan pintu kaca dengan manisnya, jadi bisa langsung caw tanpa turun mobil.

Lalu, masuk ke Swanston St., nganter 2 wrap untuk 500 Swanston dilempar, and 1 wrap untuk Café Crema yang diselipin di bawah pintu dan 1 wrap untuk 488 Arrow Apartemen dilempar ke dalam pintu automatis. Di depan apartemen ini hampir tiap hari ada bis turis yang akan ngangkut penumpang yang semuanya sipit.. Nah si supirnya yang juga sipit, selalu berdiri di samping tiang parking sign sambil sesekali buang dahak yang didahului suara menggerung yang luar biasa nyaring di tengah sepinya fajar. Mirip sama supir metro mini Jakarta….

Habis itu masuk ke Victoria St untuk anter 110 RMIT dan kantornya Lindsay Taner. Yang terakhir ini lagi jadi Menteri Keuangan Fed Government, jadi kantornya udah rada kosong. Dia minta korannya di taro di dalem semacam lemari yang build in concrete di depan kantornya. Bareng sama semua paket pos dan paket lainnya. Mungkin lemari itu semacam "transporting room" untuk nganter paket ke Canberra, kantor barunya si Taner. Pagi itu yang cleaning masih kerja, jadi sempet sapa-sapaan, “G’day mate”, sesama buruh subuh, saling memberi semangat.

Posisi parkir yang nanjak dan banyak kerikil di depan Taner’s office kadang bikin start Camry agak nyangkut, gak jarang mencicit seolah nyari perhatian. Daripada narik minat polisi keliling, langsung aja deh belok ke Cardigan St nganter wrap ke 23-27 RMIT, yang minta diselipin di sisi kiri pintu automatic. Dulu parkir di Cardigan bisa sembarangan, mencong sana mencong sini. Tapi sejak banyak orang mabok reseh, dan terakhir ada tembak-tembakan antara polisi dan pengendara mobil, sekarang banyak polisi mondar-mandir di Cardigan dan sekitarnya, sambil melotot pasang muka sangar. Sasaran intimadisinya pengantar koran yang lugu-lugu dan dekil.

Lanjut lagi anter wrap ke 56 RMIT, “lempar aja deh biar cepet”, pikir gua, eh… gak nyampe ternyata, terpaksa turun and mungut deh. Maju dikit lempar rolled buat 50 RMIT, nah kali ini tepat sasaran semua, 3 rolled Age, Aus and Sun masuk pager dengan sempurna. Lantas muter U sampe nyebrang lampu merah. Di depan muter U lagi untuk anter 4 tumpuk wrap ke ASU, kantornya pejuang Make Poverty History. Untuk tugas mulia ini kita dikasih kunci rolling door parkirannya, supaya bisa nyelipin di bawahnya. Si kunci sekarang gua bawa terus dan ditaro di kantong pintu kanan mobil, soalnya kalo kelupaan bisa repot, sekretarisnya galak-galak kalau komplen.

Muter U lagi untuk nganter wrap ke Dorrodata Comp di Kelvin Place, belakangnya rumah bordil Manhattan Terrace. Kata Dito, dulu banyak mobil parkir di gang itu, mungkin supaya gak ketahuan kalo mampir. Karena gak bisa muter jadi camry harus jalan mundur, terus balik and langsung parkir di depan Police Credit Office, untuk anter 1 wrap yang diselipin di sisi kiri pintu automatic. Sekonyong-konyong pas mau masuk mobil ada suara cewe bernada heran, “this early?” diulang-ulang sama dia. Rupanya dia gak nyangka bahwa Koran disebarin segitu pagi. Gua sih cengangas-cengenges aja sambil melengos dan bilang, “It’s almost six in the morning mba, the sun will be rising soon”, dengan pongah dan wajah setengah tengadah seakan-akan udah semestinya semua orang di dunia bangun dan kerja subuh-subuh.

Setelah itu nganter Age rolled ke No.10 Ivers Terrace dan kemudian ngelempar wrap untuk Solo Voyager. Nah yang terakhir ini rada nyeni dikit. Kita harus melempar wrap secara mendatar ke arah lantai, supaya dia menggelosor kencang nyelip ke bawah rolling door yang sengaja diangkat sedikit. Kalau berhasil rasanya luar biasa, serasa ngegolin telak ke gawang Tim Nas PSSI Garuda B yang dipimpin Thedorus Bitbit dan Ibrahim Lestaluhu. Kalau gak berhasil, kita bisa tendang wrapnya dengan sepenuh hati sampe masuk ke sasaran.

Selanjutnya, menuju 103 Pelham St. kantornya Vaughan Construction. Mereka langganan 4 koran, semuanya harus diselipin di bawah pintu yang celahnya sempit banget jadi kadang-kadang si koran-koran itu rada sobek dikit halaman depannya. Setelah itu muter U ke seberang untuk anter wrap ke kantor Essential Economics di 1/96 Pelham St., yang juga minta diselipin di bawah pintu.

Target selanjutnya kembali ke Cardigan St, kali ini apartemen mahasiswa, 15/213 dan 18/213, dimasukin ke mailboxnya. Setelah itu ke kantor-kantor di Office Place 233, ada 4 Age rolled yang dilempar ke No. 8, 11, 13 and 14. Untuk anteran yang ini harus lari agak kencang karena khawatir sama mobil yang diparkir di lokasi yang kurang keliatan dari target. Habis itu muter U untuk lempar Age rolled ke University Melbourne Health Centre, dan seperti udah sering terjadi, pagi ini si rolled kembali nabrak tiang beton yang gede banget berdiri di tengah dan terlontar jatuh ke trotoar. Dasar sentimen banget tuh tiang sama tukang koran… so terpaksa mesti dipungut deh dan dilempar balik supaya gak diambil orang lewat.

Bersambung...

Notes:
[1] Kalau sabtu, Koran The Age ada dua macam A1 dan A2. Dua-duanya gemuk-gemuk banget. Jumlahnyapun bertambah 4 kali lipat, dari 30-an jadi 120-an. Kalau minggu cuma A1 aja, dengan jumlah 120-an. Kalau Senin, nambah koran-koran weekend yang ditunda pengirimannya karena kantornya libur. Pada hari-hari tertentu juga ada majalah; economist, BRW dan lain-lain. Yang terakhir ini kadang kelewatan karena alamatnya gak selalu urut dan sama dengan koran.
[2] Pelanggan di sini bisa special request korannya dianter dengan cara apa dan bagaimana; apa dibungkus plastik (wrap), digulung (rolled), telanjang aja (flat), atau dibundle tanpa dibungkus plastik (demi ramah lingkungan). Caranyapun beda-beda, ada yang diselipin bawah pintu, ditaruh ditempat khusus (spt. kotak mesin air) atau dilempar ke halaman aja.

2 comments:

martin goro-goro said...

Wah, Rival kerja keras dan cermat. Kalau Papa tidal bisa bertahan secara fisik dan ketelitian yang sutained begitu hari demi hari.

Bahan cerita Rival ini kalau dikumpul nanti bisa jadi buku kenangan yang penuh human interests. Apalagi kalau bisa ngolah seperti penulis Lasykar Pelangi. Bisa jadi buku yang menarik.

Keep up the good work.
Love, Papa and Ibu

Dito said...

i'm so proud....:)