Aug 4, 2008

Dito Pulang...

Dito akhirnya pulang ke Jakarta, Rabu 23 Juli lalu. Setelah tertunda-tunda karena nilai ujian, akhirnya semua urusan beres sudah. Sejak senin Dito kami paksa nginep di Darlington. Supaya hari terakhirnya di Melbourne ada di rumah, bukan di kos. Dito juga menyambut dengan senang, alasannya sederhana: biar bisa tidur di kasur empuk dengan hembusan semilir angin hangat dari heater. Fasilitas dasar yang gak ada di apartemennya yang mewah di pusat kota.

Selasa pagi, Dito ikut ngoran. Nostalgia terakhir sebelum hengkang. (Dito dan Rival adalah dua orang yang sangat fanatik dengan pekerjaannya sebagai tukang koran. Mereka bisa ngobrol soal teknik melempar dan membahas alamat rumah selama berjam-jam dengan penuh antusias.) Waktu di gudang koran, Dito juga sekaligus pamitan dengan kawan-kawan sesama buruh pengantar koran. Tak lupa juga dengan Nick sang majikan.

Setelah loading, pagi itu, Dito bertindak selaku driver/pelempar dan Rival co-driver/penyelip ke mail box. Sepanjang ngoran tak habis-habisnya mereka berdua saling memuji teknik lemparan dan berbagi kisah pengalaman ngoran. Kalau saja ada candid camera, pasti suasana di cockpit camry itu sungguh aneh mengharukan: dua pria dewasa, suah menikah, umur 30an berbincang dengan girangnya tentang hal yang membosankan, saat subuh di tengah dinginnya winter.

Pada situasi itulah terjadi insiden tak terduga. Di rumah No. 163 Drummond St. Dito berhasil melempar age, fin dan sun rolled dengan sukses, diiring decak kagum Rival. Setelah itu giliran rumah No. 169, dengan semangat dan tanpa keraguan Dito menambatkan mobil dengan posisi menceng ke kiri di depan rumah itu. Lantas dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga menyambit age rolled dengan kencang ke arah pintu berwarna hijau. Saat menanti momen jatuhnya si koran, selintas kami berdua melihat sekelebat bayangan orang di pintu itu, berusaha menangkis koran yang meluncur deras dari tangan Dito. Jantung kita berdua sontak berhenti: wadaw, ternyata ada sang penghuni berdiri di depan pintu, sedang bersiap bawa anjingnya jalan-jalan pagi.

Bapak tua itu kontan berteriak marah sambil mengacung-ngacungkan tangannya yang sedang memegang tali kekang anjingnya. Samar-samar terdengar "how dare you... Do you want to kill me.. You've ...", gelegar marahnya segera menghilang di tengah pagi buta, sebab dengan tangkas bergegas Dito tancap gas pergi dari rumah itu, sambil mengangkat tangan dan mengucap "sorry sir...sorry...". Dengan jantung masih deg-degan, mereka melanjutkan antar koran pagi itu. Buat Dito, ini penutupan antar koran yang sangat berkesan. (Keesokan paginya ada notes dari Nick di lembar list pelanggan, "Be careful with 169 Drummond st. You hit the man yesterday, and broke the garden light on the weekend.")

Pulang ngoran, mampir dulu ke apartemen Dito di city. Ambil kunci dan ambil pakaian ganti. Di sana kenalan dengan penghuni baru pengganti Dito. Namanya Mulpi, anak Indo lulusan IPB yang udah dapet PR. Habis itu balik ke Darlington.

Menjelang sore Rival and Dito ke Cauffield, ambil pesanan Ika, yimca sedap buatan Mba Ati koki restoran Nusantara. Sambil menuju coburg, jemput Aria (PSHK) dulu di QV Mall di city. Aria lagi dateng ke Melbourne menemani rombongan hakim-hakim Mahkamah Agung. Di sana ternyata ketemu Mulpi juga yang lagi belanja di safeway. Alhasil, kita berempat beranjak menuju Darlington, untuk berkumpul bersama yang lain dalam rangka melepas kepulangan Dito ke Indo.

Sampai Darlington udah ada Kiki and Oci. Gak lama dateng Erik, Mayada and Belly (adik Mayada yang baru sampe di Melb). Baim juga kemudian dateng sama Izzat. Disusul Omar dan Kanti yang bawa hadiah action hero buat dibawa pulang sama Dito. Kami semua makan malam pasta buatan Ifa, plus pizza halal yang diantar. Malam itu malam terakhir Dito di Melb, dan menjelang bubaran dia dapat informasi paling meaningful sepanjang pertemanan kita: Baim adalah aktor dibalik jubah "Kapten Perkasa" di acara Bursa Komedi awal 90'an.

Rabu subuh Dito udah bangun, tapi dia gak ngoran lagi pagi itu. Sebab masih harus packing beberapa barangnya. Usai Rival ngoran dan sarapan, Rival dan Dito berangkat ke Tulamarine Airport dengan camry. Mampir sebentar ke Brunswick Rd jemput Kapten Perkasa di rumahnya.
Sekitar jam 10.30 sampe di Bandara. Abis check-in sempat ngobrol-ngobrol dulu di luar, bahas rencana Dito di Jakarta, sambil sesekali mengulang kisah pembuatan tayangan "Kapten Perkasa".

Jam 11an, kami melepas Dito di Gate 4. Di perjalanan pulang ke Coburg terkenang cerita pertemanan selama 7 bulan terakhir...

Sampai ketemu lagi Bro! Kami tunggu kedatangannya tahun depan di Darlington...

1 comment:

martin goro-goro said...

Dear Rival and Ifa,

both of you are really lucky to have such a very good friend like Dito. He is what people say a friend indeed. I know how it really feels when you have the luxery to spend time together with a friend such as him and talking, laughing and evem mesmerising with small things which seem trivial and unimportant to some people. Enjoy the small things and go for simple happiness.

Rival, don't work too hard. Keep treating youself with the warmness of friendship around you. You too Ifa, having fun with friends and smiling a lot will cheer you up all days!

Love, Papa and Ibu