Aug 22, 2008

Working Visa, 15 Menit Saja...

Sepulang dari ambil upah mingguan, saya tiba-tiba terpikir untuk mulai mengurus working visa. Sebetulnya tidak ada kebutuhan yang mendesak untuk mengurus itu sekarang. Sebab, kerjaan yang sekarang juga gak menuntut buruhnya untuk punya working visa dahulu. Apalagi di kontrak ada aturan yang bilang bahwa Ausaid student awardee hanya bisa dapat visa kerja bila sudah menjalani satu semester dengan prestasi baik dan dapat surat ijin dari universitasnya. Kerumitan birokrasi yang cuma bikin tambah malas. Buat Ifa, visa kerja memang agak berguna, karena bisa jadi tambahan amunisi untuk banyak urusan yang berkaitan dengan benefit dan segala macam potongan (child care, after school care, dan care-care lainnya).

Menjelang sampai di rumah, sekonyong-konyong hp menyalak tanda sms datang. Rupanya Uni Dina: "Val, udah tau blm hr ini bs bkn workg visa d kampus?". Pesan pendek yang bikin gairah hidup bangkit. Wah, kebetulan be'eng... Berarti kan ga usah ngurus dengan prosedur yang panjang. Segera aja kasih tau kabar ini ke Ifa, dan rencana hari itu langsung bergeser: Ke kampus dulu bikin working visa dan bayar bill listrik di kantor pos, terus jemput Raeka di Moreland Kindergarten, and lantas cari pohon bunga $2 di perapatan moreland, terakhir baru jemput Fikhar di sekolah.

Ifa sebetulnya agak merasa berat untuk jalan-jalan ke luar rumah. Sudah dua hari ini dia gak enak body. Badannya lemes terus dan kepalanya sakit gak karuan. Apalagi hari ini dinginnya luar biasa menyengat. Mungkin menjelang penutupan winter, jadi si angin dari kutub menyerang daratan secara jor-joran. Tapi, dengan semangat Darlingtonian, Ifa memantapkan hati dan menguatkan kaki melangkah ke kampus Parkville. Sampai kampus untungnya langsung dapat tempat parkir gratis 1P, alias satu jam saja. Langsung aja kami berdua menuju International Center.

Sampai lokasi, ternyata sepiiii sekali. Hanya ada tiga orang di sana, semuanya pegawai imigrasi. Yang seorang menyapa kami dan memberi petunjuk proses mendapatkan working permit visa: Pertama-tema isi form 157A, untuk family (student and spouse) cukup satu form saja. Setelah itu serahkan formulir ke pegawai yang menginput data. Karena Rival mahasiswa yang dibiayai Ausaid, kami tidak perlu mengeluarkan $60 untuk biaya administrasi. Habis itu, dalam waktu 15 menit, paspor kami berdua sudah diisi dengan sticker visa yang baru. Ya' betul! Limabelas menit saja. Ifa, yang sebelumnya lesu dan agak murung, sontak mendadak sumringah ketika melihat sang pegawai perempuan yang mengisi data menyatakan bahwa urusan kita sudah tuntas saat itu juga, tak perlu tunggu kabar apapun lagi.

Mungkin karena sudah terbiasa dengan birokrasi yang lelet dan penuh curiga, kami berdua jadi senang luar biasa dapat perlakuan seperti itu. So, kita segera telpon Kiki and Oci untuk kasih berita/informasi itu. Sayangnya, Kiki gak dapat perlakuan yang serupa dengan kami. Dia diharuskan menunjukkan surat ijin dari universitas. Uniknya, surat itu tak jadi syarat buat urusan visa kami. Ternyata, sisi "tak konsisten" birokrasi masih muncul juga di sini.

1 comment:

martin goro-goro said...

Good news! Well-done!

Kalau Papa dan Ibu ke sini dan terus minta working visa bisa dapat nggak ya. Serius nih.

Peluk-cium yang hangat dan erat buat Raeka and Fikhar.

Love you all, Papa and Ibu